Saturday, September 3, 2016

Siomay Pakai Bahan Baku Ikan Sapu-sapu, Ternyata...

Sumber: Merdeka.com
Siapa sih yang enggak suka dengan kelezatan jajanan lokal? Pastinya kita semua familiar dengan yang namanya Siomay kan… Yup, penganan ringan ini bahan baku utama dari resep aslinya adalah ikan tenggiri, yang dicampur dengan tepung terigu dan tepung sagu.

Tetapi ketika harga-harga kebutuhan pokok semakin melambung, para pedagang siomay mulai putar otak menggunakan bahan baku semurah-murahnya, kalau perlu yang modalnya nol agar mereka bisa mendapat keuntungan lebih banyak.


Hingga akhirnya ditemukanlah ikan sapu-sapu sebagai pengganti ikan tenggiri untuk bahan baku siomay, entah siapa yang memulai praktik ini.


“Ah itu mah isu hoax, gue enggak percaya!!!”.

Begitulah pemikiran saya sebelum mengetahui sendiri yang sebenarnya. Jadi tulisan ini adalah kesaksian dari Nyokap yang melihat pencari ikan sapu-sapu di kali belakang rumah saya.

And here the story goes... 

Di suatu siang, Nyokap sedang beres-beres dapur, lalu beliau menemukan sisa nasi beberapa hari lalu yang sudah basi dan lupa membuangnya dari kemarin. Posisi rumah kami, di mana tepat di belakang rumah adalah kali penghubung yang alirannya akan mengarah ke Sungai Cisadane di Tangerang. Nyokap memang masih memiliki pemikiran warga bantaran kali yang apa-apa suka membuang sampah di kali. Bahkan saking niatnya, guna mempermudah membuang sampah di kali, Nyokap dan Bokap saya sengaja memasang pintu besi di tembok belakang rumah, ckckck.

Sebelum saya ‘makan bangku kuliah’, sejujurnya saya tidak tahu kalau praktik membuang sampah di kali adalah kebiasaan yang tidak menghargai lingkungan, karena saya diajari Nyokap untuk membuang sampah sisa makanan beserta plastiknya di kali, ketimbang di tempat sampah depan rumah. Alasannya agak konyol, kalau di tempat sampah suka bau busuk dan dibelatungin (yah namanya tempat sampah ya bau dan ada belatungnya, wajar kan, WTF…!).

Tapi begitu saya memahami kalau membuang sampah di kali tidak benar, saya meminta Nyokap tidak membuang sampah lagi di kali. Tapi namanya orangtua, terkadang masih berpikiran kolot dan tidak mau mendengar nasihat anak yang sudah disekolahkannya ini, LOL. Meski demikian saya lega karena Nyokap mau mengerti sedikit dengan tidak membuang sampah plastik dan jenis sampah anorganik lainnya di kali, meskipun beliau tetap bersikukuh membuang sampah sisa makanan di kali. Alibinya adalah, di kali masih ada ikan-ikan, siapa tahu sisa makanan berguna buat ngasih makan ikan-ikan itu. Yasudahlah saya tidak mau berdebat lagi, karena saya pun tidak tahu ikan macam apa yang kerjaannya memakan makanan sisa yang dibuang orang-orang, LOL.

Balik lagi ke topik awal ketika Nyokap berniat membuang sisa nasi ke kali belakang rumah. Beliau mulai membuka gembok pintu besi hitam, lalu melemparkan nasi basi yang dibawanya dengan nampan. Saat melemparkan nasi basi, Nyokap melihat dua orang pria paruh baya yang sedang mencari sesuatu di pinggir kali, yang satu orang memegang plastik karung.

FYI, karena sekarang musim panas, jadi kali di belakang rumah saya tinggi muka airnya hanya kira-kira sedengkul hingga sepaha, jadi masih bisa dilewati orang tanpa perlu sampan. Karena KEPO, Nyokap bertanya kepada abang-abang yang posisinya paling dekat.

Nyokap: Bang, lagi ngapain di situ?

Abang1: Lagi cari ikan sapu-sapu, bu.

Nyokap: Ikan sapu-sapu, buat apaan bang?

Abang1: Buat bikin siomay… (jawab si abang-abang itu polos).

Nyokap: Hah buat siomay, emank bisa bang?

Abang1: Bisa bu, enak lho siomay pake ikan sapu-sapu (si abang-abang menjawab dengan sangat mantab).

Nyokap: Gimana caranya bang ikan sapu-sapu dijadiin siomay, emank ada dagingnya, kan banyak durinya bang?

Abang1: Bisa bu, abis dibersihin sisiknya sama dibuang kotorannya, dagingnya dikukus yang lama, terus tinggal dihalusin aja.

Nyokap: Terus itu daging ikannya, sama duri-durinya juga dicampurin?

Abang1: Iya dipake semuanya, kan dikukusnya lama, jadi udah empuk sama duri-durinya.

Nyokap: Oh, pantesan ya bang kalo makan siomay tuh kadang suka ada yang berasa duri-durinya kecil-kecil gitu.

Abang1: Iya bu…

Setelah percakapan dengan abang-abang pencari ikan sapu-sapu itu, Nyokap dan keluarganya enggak mau makan siomay lagi. Seandainya bisa, saya ingin bertemu dan mengucapkan terima kasih kepada abang-abang pencari ikan sapu-sapu di belakang rumah saya yang sudah bercerita dengan jujur kepada Nyokap. LOL.

Kenapa saya bikin tulisan ini? Kenapa ikan sapu-sapu sebaiknya tidak dimakan? Setelah menyempatkan googling sebelum menulis artikel, saya menemukan informasi yang cukup menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran saya. Kalau kamu mau tahu, silahkan googling sendiri, jangan manja, hehehe.

Intinya cukup masukkan kata kunci “kenapa ikan sapu-sapu untuk siomay berbahaya”. Tapi ada satu artikel dari Merdeka.com yang membuat saya menyernyitkan dahi dan berkata “IYUHHH…!!!” tentang penangkapan ikan sapi-sapu di Kali Ciliwung yang super duper tercemar, cuzzz cek sendiri di link Potret penangkapan ikan sapu-sapu untuk siomay di Kali Ciliwung.

*****


No comments:

Post a Comment